HIKMAH-HIKMAH
BERSEMADI
BERSAMA FLP SURABAYA
BELAJAR
MEMBUAT CERPEN RAMADAN
Kegiatan di bulan Ramadan
akan lebih berkah jika diisi dengan berbagai kegiatan positif. Meskipun tidur
bernilai ibadah, bukan berarti kita hanya tidur-tiduran dan bermalas-malasan
saja. Apalagi untuk anak-anak sekolah, Senin pembelajaran sudah libur. Jangan menjadikan
HP sebagai benda utama yang harus dipegang dan dilihat setiap saat. Tapi kita
bisa mengalihkan untuk kegiatan lainnya. Kasihan mata kita jika harus
berlama-lama untuk setia menatap layar kaca ponsel.
Membuat cerpen tema
Ramadan bisa menjadi salah sau solusi guna melatih anak-anak menyusun
kalimat-kalimat menjadi sebuah paragraf. Kumpulan paragraf bisa menjadi sebuah
bacaan/cerpen. Belajar membuat cerpen, berarti kita menjadi sutradara dalam
cerita yang kita buat.
Cerpen
(cerita pendek) adalah jenis karya sastra berbentuk prosa dan bersifat fiktif yang menceritakan/menggambarkan suatu kisah yang dialami oleh
suatu tokoh secara ringkas disertai dengan berbagai konflik dan terdapat
penyelesaian atau solusi dari masalah yang dihadapi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cerpen : ::
A. Ciri-Ciri
Cerpen :
B. Unsur intrinsik cerpen
:
1.
Tema: gagasan utama yang menjadi dasar cerita jalannya cerita
pendek.
2.
Alur/Plot: tahapan urutan jalannya cerita pendek. Mulai dari
perkenalan, konflik, klimaks, penyelesaian.
3.
Setting: meliputi latar/tempat, waktu, suasana yang terlihat
cerita pendek.
4.
Tokoh: pelaku yang ada dalam cerita pendek. Setiap tokoh
mempunyai watak tersendiri.
5.
Penokohan: sifat dari tokoh yang tercermin dari perilaku, sikap,
ucapan, pikiran ,dan pandangannya terhadap suatu hal dalam cerita. Ada 2 mode
penokohan:
6.
Metode Analitik: menggambarkan sifat tokoh yang ada dalam cerita
secara langsung. Contoh : pemalu, penakut, pembohong.
7.
Metode Dramatik: menggambarkan sifat tokoh digambarkan secara
tidak langsung dengan menggambarkan fisik, percakapan, dan reaksi tokoh lain.
8.
Sudut Pandang: cara pandang yang digambarkan oleh pengarang
dalam suatu kejadian yang terjadi dalamnya. Sudut pandangnya:
Sudut pandang orang
pertama: Ada pelaku utama dan sampingan.
Pelaku utama: “aku”
akan menjadi pusat perhatian.
Pelaku sampingan:
“aku” muncul hanya muncul dalam pengantar dan penutup cerita.
Sudut pandang orang
ketiga: ada serbatahu dan pengamat.
Serbatahu: sudut
pandang “dia”, pengarang atau narator mengetahui segala hal yang berhubungan
dengan tokoh “dia”.
Pengamat: pengarang
hanya menggambarkan apa yang dirasakan, dialami, dilihat, dan dipikir oleh
seorang tokoh.
9.
Amanat: pesan moral yang disisipkan pengarang dalam cerpen
supaya pembaca dapat menyerap pesan di dalamnya.
Berikut cerpen Ramadanku,
mana cerpen ramadanmu?
Menuai Berkah di
Hari Kemenangan
Sebatang
kayu daunnya rimbun
Lebat
bunganya serta buahnya
Walaupun
hidup seribu tahun
Bila
tak sembahyang apa gunanya...
“Dung...Dung...Dung...”suara
bedug Isya menghentikan nyanyian Pak Aldi mengajari putrinya.
"Yuk,
ambil air wudhu lalu pergi ke mushala untuk shalat Isya dan Tarawih,” ajak Pak
Aldi kepada putri kesayangannya.
“Yah,
mengapa shalat Isyanya di mushala, kan biasanya berjamaah di rumah?” tanya
Fitri yang berusia 5 tahun penasaran.
“Shalat
Tarawih itu apa, kok Fitri baru denger?” lanjutnya menyelidik.
“Sayang,
khusus untuk Ramadhan, Fitri dan ayah shalatnya di mushala. Shalat Tarawih itu
dikerjakan hanya pada bulan Ramadhan, apabila dilaksanakan dengan baik, maka
akan mendapatkan pahala dari Allah,” Pak Aldi menjelaskan.
“Ayo,
Yah!Aku ingin dapat pahala dari Allah,” jawab gadis itu bersemangat.
Seruan
adzan Isya berkumandang menggema ke pelosok desa, mengajak kepada setiap
makhluk bernyawa untuk bersujud memuji kebesaran-Nya. Binatang-binatang malam
berhenti mendendangkan suara-suara khasnya. Mereka seolah mengerti arti seruan
muadzin.Mungkin tonggeret, kelelawar, katak di sawah pun berdiam diri untuk
sejenak memuji Sang Khalik dengan cara-cara yang berbeda yang manusia sendiri
tidak mengetahuinya.
Fitri
dan ayahnya telah tiba di mushola. Para jamaah putri telah hadir bermukena
putih dengan wajah berseri.
“Fitri,
jangan lupa masuk mushola dahulukan kaki kanan dan untuk keluarnya dahulukan
kaki kiri,”pesan ayahnya mengingatkan. Fitri mengangguk tersenyum.
Suasana
mushola berbeda dengan malam biasanya.Mushola yang hanya ramai sekali setahun
yaitu di bulan Ramadhan dan Idul Fitri saja.Sebenarnya sangat disayangkan
bahkan menyedihkan kedengarannya, Desa Pagerwojo tepatnya Dusun Krajan yang
lebih dikenal dengan nama “Pagerwojo Kebon” ini tidak miskin dengan jumlah
remaja putra maupun putri. Tetapi mengapa mushola dibiarkan sepi dan tiada
pernah adzan berkumandang sepanjang hari? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul
mengganggu Pak Aldi yang masih satu bulan pindah ke desa tersebut. Imam
menyerukan iqomah pertanda shalat Isya dimulai. Semua jamaah merapatkan shaf.
Shalat jamaah dilaksanakan dengan khusyuk. Semua hewan pun ikut diam memuji
kebesaran Sang Ilahi.
Di
tengah padang pasir, seorang laki-laki mondar-mandir mencari seseorang yang
sangat ia khawatirkan. Padang pasir itu gersang, tak nampak sebatang pohon pun
tumbuh di sana, yang ada hanya batu-batu besar dan perbukitan tandus. Laki-laki
itu adalah Pak Aldi. Dalam kegalauannya, ia terduduk lemas, teringat peristiwa empat
tahun silam ketika ia tinggal di Jakarta bersama istri dan putrinya.Ia tidak
ingin lagi kehilangan untuk kedua kalinya. Banjir Bandang yang telah memisahkan
ia dan istri yang sangat dicintainya. Banjir
yang telah menenggelamkan rumah sekaligus merampas pendamping hidupnya.
“Tidak...jangaaaannnnn.....”
teriak Pak Aldi memecah keheningan malam.
“Ayah
bangun, ayah......,”Fitri menepuk-nepuk pipi ayahnya dengan kedua tangannya
yang mungil.
Sang
ayah membuka mata, ia berkeringat dingin. Dilihatnya putri tercintanya telah
berdiri di hadapannya membawa segelas air putih. Buru-buru ia menghabiskan air
putih itu, diraihnya tubuh mungil Fitri ke dalam pelukannya erat-erat hingga
Fitri berontak karena kesulitan bernapas.
“Ayah
kenapa, ayah mimpi buruk ya?" tanya Fitri.
Pak
Aldi hanya mengangguk perlahan.
“Aha.....ayah
pasti lupa berdoa sebelum tidur,” gadis kecil itu menebak sambil
menari-narikan telunjuk kanan di dekat
pipinya.
Pak
Aldi menatap lekat-lekat gadis kecil di hadapannya, wajahnya persis seperti
wajah istrinya. Rambutnya hitam bergelombang mengingatkannya pada almarhumah
istrinya.Terbersit dalam pikirannya bahwa putrinya butuh sosok ibu yang
menyayangi dengan tulus seperti ibu kandungnya. Tapi...tidak mungkin pula ia
mengingkari janji setianya untuk sehidup semati, prinsip yang pernah ia
ikrarkan bersama istrinya “Hidup sekali, mati sekali, menikah pun sekali.”
Jam
dinding berdentang tiga kali artinya
waktu telah menunjukkan pukul 03.00.
“Sekarang
biar semangat, kita cuci muka terus
makan sahur,” ajak Pak Aldi menurunkan Fitri dari pangkuannya.
“Makan
sahur itu apa,Yah?”tanya Fitri.
“Oiya,
ayah lupa belum menjelaskan,” sang ayah menggaruk-garuk kepalanya yang tidak
gatal.
“Makan
sahur itu makan di malam hari yang sebaiknya dilakukan ketika akan melakukan
puasa,” tambahnya menjelaskan.
“Trus
kalau puasa itu apa, Yah?” tanya Fitri manja.
Dengan
senang hati Pak Aldi menjawab pertanyaan putrinya. Ia selalu tersenyum dan
mengajarkan bersikap santun kepada siapa saja, termasuk kepada orang yang lebih
muda darinya.
“Puasa
itu berarti menahan diri untuk tidak makan, minum, marah atau hal-hal lain yang
bisa membatalkan puasa dimulai dari matahari terbit hingga waktu magrib,”kata
Pak Aldi menjelaskan.
“Aku
kan masih kecil, Yah, mana kuat berpuasa?”tanya Fitri.
“Fitri
kan masih kecil, jadi Fitri sebaiknya belajar berpuasa,”sang ayah membelai
rambut putrinya.
”Caranya,
nanti kalau Fitri belum lapar, Fitri tahan dulu untuk tidak makan. Setelah
merasa benar-benar lapar, baru Fitri boleh makan,”Fitri serius mendengarkan
penjelasan ayahnya. Dengan tumis kangkung berlauk bandeng goreng, segelas susu,
dan sebuah apel rasanya telah memenuhi syarat makanan empat sehat lima
sempurna. Sebelum dan sesudah makan, tak lupa mereka berdoa agar makanan yang
mereka makan menjadi berkah.
Waktu
terus berlalu. Fitri sangat rajin belajar puasa. Dua hari pertama ia kuat
menahan lapar hingga pukul sembilan, dua hari kedua pukul sepuluh, dua hari
ketiga pukul sebelas hingga selang dua
hari berikutnya ia kuat menahan lapar satu jam bertambahnya.Hingga akhir
Ramadhan Fitri telah berpuasa penuh selama dua belas hari. Selain itu setelah
shalat berjamaah, ia selalu berdoa khusyuk, yang hanya Allah dan dia sendiri
yang mengetahuinya. Ketika sang ayah bertanya tentang doanya, ia pun tak mau
mengatakannya.Doa yang selalu ia rahasiakan.
Pagi
itu Fitri dan ayahnya telah usai menunaikan shalat Idul Fitri. Dengan wajah
berseri mereka pulang untuk merayakan hari kemenangan berdua di rumah sebelum
akhirnya bersilaturahmi ke rumah para tetangga. Ketika Fitri membuka pagar
halaman, tampak sosok wanita bergaun dan
berhijab putih berdiri membelakangi mereka. Pak Aldi seperti mengenali sosok
wanita itu,tapi....tidak mungkin, mustahil ia adalah...
Mendengar
langkah kedua ayah dan anak itu mendekat, wanita itu membalikkan badannya.
Dan....betapa terkejutnya Pak Aldi bahwa wanita cantik itu berparas persis
istrinya. Ia menggosok-gosok matanya untuk memastikan bahwa ia tidak sedang
bermimpi, detak jantungnya berdetak kencang sekali ketika perempuan itu berjalan
menuju ke arahnya. Ia mundur dua langkah dan masih tak percaya dengan apa yang
dilihatnya. Sementara Fitri hanya berdiri terpaku memandangi keduanya dengan
wajah tak mengerti.
"Ya...akulah
Nawa, istrimu, ibunya Fitri, anak kita. Allah telah menyelamatkanku. Ini bukan
mimpi, ini adalah kenyataan. Dan hari ini aku bahagia bisa berkumpul dengan
keluargaku di hari kemenangan umat Islam,"wanita itu tersenyum, Pak Aldi
memeluk istrinya erat sekali. Sungguh kebahagiaan yang tiada pernah
terkira,hari kemenangan bagi hamba-hamba-Nya yang ikhlas berpuasa dan beribadah
terutama di bulan Ramadhan.Doa Fitri yang ia rahasiakan telah dikabulkan oleh
Tuhan.
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-16
Penerapan Literasi Sejak SD di Masa Pandemi COVID-19
MEMILIH
PERMAINAN TRADISIONAL
SELAMA BULAN RAMADAN
RAMBUT ANAK USIA SEKOLAH BERWARNA,
BAGAIMANA HUKUMNYA DALAM ISLAM?
KENALI
PERJUANGAN GURU DAN ORANG TUA
DI PPDB JALUR ZONASI DAN AFIRMASI
NIATKAN SEDEKAH DI LADANG AMAL BERPIKIR POSITIF MENEBAR KEBAIKAN
SETAJAM-TAJAMNYA PISAU AKAN TUMPUL JIKA TIDAK DIASAH
MENGISI
RAMADAN DENGAN MENUMBUHKAN KECINTAAN
TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR
MENCARI HIKMAH RAMADAN BERSAMA BUAH HATI DI MASA PANDEMI COVID 19