PEJUANG MIMPI DI BULAN RAMADAN
Setiap manusia pasti pernah mengalami mimpi. Mimpi baik maupun mimpi buruk pasti mengandung makna yang harus kita ungkap. Tapi kita harus ingat, selalu berpikir positif dan mencari makna positif dari setiap peristiwa yang terjadi.
Astaghfirullahaladziim!Tembak- menembak
pun terjadi antara Belanda dengan Jepang. Setiap malam keadaan kacau. Di
sepanjang jalan desa dipasang beberapa meriam besar dengan jarak 3 langkah yang
setiap 3 detik dapat menembakkan
pelurunya secara otomatis. Tak ada wanita yang berani keluar rumah pada malam hari. Tentara Jepang selalu berjaga - jaga dan bersembunyi di balik semak-semak di
sepanjang jalan desa yang gelap. Sesekali mereka menghisap cigarette kretek dan menyeruput secangkir kopi.
Mereka bersiap siaga menembak jika ada
pasukan Belanda dan Inggris atau seseorang yang dicurigai melewati jalan itu.
Ketika masih
sore, aku dan temanku bermain di sawah.
Tiada terasa hari sudah gelap dan sebentar lagi malam pun
tiba. Aku sangat takut berjalan pulang. Di mana-mana pasukan Jepang bersenjata lengkap. Aku sangat khawatir meriam-meriam besar di pinggir jalan tidak sengaja melukai tubuh atau bahkan merenggut
nyawaku. Aku berjalan mengendap-endap laksana pencuri. Aku bersyukur tentara Jepang mengenaliku cukup baik sehingga aku bisa pulang dengan
aman.
Aku tinggal di rumah besar. Ketika
pulang dari mengajar pramuka, tepat berada di sebuah benteng, tiba-tiba tiga
tentara Jepang berlari ke arahku. Aku berusaha lari, tapi aku tidak bisa menghindari peluru
yang mereka tembakkan ke arahku.Peluru menembus tas ransel dan mengenai
punggung karena tembakan datang dari arah belakang.Aku jatuh tersungkur.
Mereka kemudian mendekat untuk memeriksa
apakah aku sudah mati atau belum. Aku pura-pura berekspresi menjadi mayat lalu benar-benar pingsan. Mereka memeriksaku, lalu melihat apa yang ada di dalam tas serta mengambil
ponselku. Dengan ponsel itu, mereka dapat menguasai Indonesia, mengetahui setiap gerak-gerik yang mencurigakan, dan
mengetahui keberadaan seseorang.
Kriiing...kring... kring...
Jam beker di atas meja tiba-tiba mengagetkanku. Tiba-tiba tiba
aku sudah berada di rumah, entah siapa yang telah menggendongku pulang karena aku merasa tadi pingsan cukup
lama. Aku juga tidak
tahu apa sebenarnya yang terjadi. Mengapa tiba-tiba aku bermimpi hidup dalam masa penjajahan pada tahun
1942-1945 ketika Jepang masih berkuasa di Indonesia.
Jam menunjukkan pukul 03.00 pagi, aku segera
beranjak dari tempat tidur untuk
menyiapkan menu makan sahur.
Ramadan tahun ini, aku harus berupaya
bisa mengubah sikap yang kurang baik menjadi lebih baik lagi. Aku mempunyai impian untuk membangun dan memotivasi generasi
muda menjadi generasi yang tangguh, generasi yang mampu melanjutkan cita-cita
para pahlawan. Karena aku tidak ingin mimpi buruk yang
aku alami pada masa penjajahan terulang lagi di Indonesia. Baik penjajahan atau
penindasan secara fisik maupun non fisik. Karena dari mimpi itu, teknologi
canggih seperti ponsel pintar, jika kita salah menggunakan, maka akan dapat
membahayakan generasi bangsa. Saat ini penjajahan yang perlu diwaspadai adalah
penjajahan teknologi. Teknologi dapat membuat kita terbuai sehingga melewatkan
waktu yang ada tidak dengan sebaik-baiknya.
Aku ingin mewujudkan generasi tangguh
dan handal, beragama, berakhlak serta berbudi pekerti luhur. Dari setiap
mimpi yang pernah kita alami, terdapat makna yang harus kita ketahui atau pesan
yang harus kita tangkap. Sebab, segala sesuatu biasanya berasal dari mimpi.
Meskipun dalam mimpi tersebut kita juga harus melihat kapan waktunya. Jika kita
bermimpi buruk, maka carilah hikmah yang baik dan jika kita bermimpi yang baik,
maka bersyukurlah kepada Allah SWT karena kita telah dijauhkan dari mimpi
buruk. Jangan lupa selalu berdoa sebelum tidur dan sesudah bangun tidur agar
dijauhkan dari godaan setan. Amin.
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#bersemadi_harike-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar